SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

MATAHARI PAGI

MATAHARI PAGI

Kukira kau akan datang padaku
membawa senyum dan harapan cemas
tentang seorang lelaki yang tak kunjung mapan
hanya karena impiannya jadi seniman.

Ternyata kaudatang padaku
membawa tangis haru penuh kelegaan
dan di dekapanmu terbaring kehidupan baru
yang menyusu dengan terburu.

Aku belum juga selesai dengan masa silamku.
Masih ada satu dua perkara belum lalu.
Namun, kehidupan harus terus berjalan,
walau impian tinggallah kenangan.

Kau pun berjalan menghampiriku
membawa serta kehidupan baru
lalu duduk di sisi
melihat matahari pagi.

Surakarta Utara, 26 Mei 2017
Padmo Adi (@KalongGedhe)

Comments