AWAL DARI KISAH YANG LAIN

AWAL DARI KISAH YANG LAIN Desain cover oleh Daniela Triani   Kata Pengantar Kisah-kisah Problematika Gender yang Manga-esque   Buku ini adalah ruang-waktu yang kami ciptakan supaya teman-teman mahasiswa Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, yang terlibat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berkarya mengartikulasikan pengalaman dan pemahaman mereka akan gender dan problematika yang ada tentang gender tersebut. Tentu teori-teori gender itu mereka dapatkan di dalam kelas. Dalam kesempatan ini, diharapkan para mahasiswa mampu mem- break down dan mengartikulasikan teori tersebut melalui sebuah kisah (fiksi) yang lebih dekat dengan mereka. Tentu saja pembahasan mengenai gender ini selalu menarik dan selalu terbuka akan berbagai macam kemungkinan. Kisah tentang gender yang dihadirkan oleh teman-teman mahasiswa Sastra Jepang ini sungguh menarik; ada kisah yang menelusuri problematika gender itu di ranah yang paling privat—ketika seseorang mempertanyakan identitas gende

PESTA SUNYI OLIGARKI

 PESTA SUNYI OLIGARKI

 

Tim Kamboja, Garda Akhir RS Brayat Minulya memberi penghormatan terakhir dan doa kepada jenazah korban covid19. Begajah, Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto dari Antonius Suhartanto.

Matahari pagi membakar orang-orang renta yang memohon hidup darinya

Pada lorong-lorong rumah sakit banyak orang keleleran menolak mati

Banyak juga orang meregang nyawa sendiri di rumah tanpa sempat melolong minta tolong

Ambulan-ambulan mulai lunglai, tak lagi kuat mengantar tubuh-tubuh dan bangkai

 

Sementara itu di jalanan-jalanan kota,

aku melihat wajah-wajah oligarki

menjual diri pada baliho-baliho

besar-besar

sembari menulis nama lengkap

dan empat angka:

2024

 

Aku ingin meludah!

Di saat kita dilanda nestapa...

bernapas tak bisa, perut juga meronta!

Aku ingin muntah!

Di saat maut mengepung laksana sekawanan serigala...

pergi keluar mati dicekik korona

tetap di rumah mati kelaparan nasi tiada

 

Kita

ditinggalkan

mati

sendiri

Sementara para oligarki pamer foto dengan senyum pada muka,

Mengemis-emis 2024 nanti kita coblos wajah mereka,

supaya bisa ada di senayan,

supaya bisa ada di istana merdeka

Padahal kita sudah lebih dari setahun merana,

menghitung hari

menghitung nama

kali ini giliran siapa dijagal ajal

 

Jangan... janganlah mati hari ini!

Sebab kita cuma akan jadi pamflet

lalu di-broadcast sehari

dan besok dilupakan,

jadi data pada Negara

yang banyak bilangannya dimanipulasi

dan bagi Armando semata deret angka

tanpa sejarah

tanpa cerita

tanpa cita

 

Mari saling bergandengan

tetangga bantu tetangga

kita perkuat komunitas

kita jaga kerabat

kita sapa saudara yang tengah bergulat

sembari kita ingat-ingat wajah-wajah yang telah memikirkan 2024!

Kita kutuk sumpahi mereka,

kita akan tetap di rumah saja tatkala kelak mereka akhirnya menggelar pesta!

Biar jadi pesta sunyi, sebab saat ini mereka biarkan kita mati.

 

Singosari, 24 Juli 2021

Om Dapdia

Comments