KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

SEMAKIN MALAM

 SEMAKIN MALAM

*untuk Arjun

 

Semakin malam...
Mari hadapi hidup, walau pahit.
Tidak lagi lari atau cari-cari alasan.
Ya, atau tidak sama sekali...
selain daripada dua itu, bukan jalan Tuhan.
Kalau lelah, berhenti, satu suapan dulu, satu tegukan dulu, dan satu ududan dulu.
Lalu lanjut.

Sampai jumpa.

 

06 Januari 2021

Padmo Adi


Mampir makan, istirahat. Dokumen pribadi.


Comments