SECAWAN ANGGUR

  SECAWAN ANGGUR Jika sekiranya mungkin biarlah anggur ini lalu daripadaku. Tapi bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak Bapa di surga. Dokumen pribadi. Di sini... di kota ini... aku benar-benar disapih dikastrasi dibiarkan mati-hidup sendiri Tidak ada hangat peluk puk-puk Mama Tidak ada lembut dekap payudara Tidak ada selimur supaya tak lagi berair mata Dijauhkan dari Tanah pusaka tempat moyangku dibumikan Dan kini cuma jadi kerinduan yang kepadanya hasrat mendamba Akan tetapi, keadaan ini justru aku syukuri sebab aku dengan merdeka mengada tanpa perlu alasan yang mengada-ada Aku bebas menciptakan diri bebas mengartikulasikan diri Aku bebas merayakan hidup menari dengan irama degup Memang hidup yang senyatanya ini tragedi belaka Apa makna dari membuka mata pagi-pagi, lalu memejamkannya di waktu malam tiba? Kecerdasan adalah memaknai tragedi sebagai komedi. Lalu kita bisa menertawakan duka yang memang musti kita terima! Menerima Mengakui adalah

TEMPAT PENGUNGSIAN

 TEMPAT PENGUNGSIAN

 

Mengikuti perayaan ekaristi secara daring sebab harus bersembunyi dari incaran virus SARS-CoV-2
Foto dokumentasi pribadi

Harus ke mana lagi kita lari menghindari wabah ini?
Pada akhirnya, kita memohon seseorang untuk membiarkan kita memakai rumahnya untuk bersembunyi.

Ke barat kita tak lagi punya tempat.
Di timur kita cuma bisa numpang tidur.

Mari bersembunyi lagi
seperti kelinci yang masuk ke liang
tatkala masa paceklik menghadang
Tetap merawat hidup itu lebih dari cukup

 

13 Agustus 2021

Padmo Adi

Comments