KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING

  KISAH PERANTAU DI TANAH YANG ASING   Pada suatu malam Sang Hyang bersabda, “Pergilah ke Timur, ke tanah yang Kujanjikan keluarlah dari kota ayahmu pergilah dari kota kakek moyangmu seperti halnya Isyana boyongan begitulah kamu akan mengenang moyangmu yang di Medang.”   Aku mengiya dalam kedalaman sembah-Hyang, sembari mengenang para leluhur, bapak dan eyang. Leluhurku adalah Sang Tiyang Mardika yang dengan kebebasannya menganggit sastra Jawa . Sementara eyang adalah pasukan Slamet Riyadi, ibunya Tumenggung, ayahnya Lurah! Bapak sendiri adalah pegawai negeri, guru sekolah menengah di utara Jawa Tengah.   Di sinilah aku sekarang, di tanah Wangsa Rajasa Tidak pernah aku sangka, tidak pernah aku minta Apa yang Kaumaui, Dhuh Gusti Pangeran mami ?! Apa yang Kaukehendaki kulakukan di tanah ini?   Belum genap semua terjawab, empat kali bumi kelilingi matahari! Pun baru purna enam purnama, saat aku tetirah di timur Singhasari, oh, aku

TEMPAT PENGUNGSIAN

 TEMPAT PENGUNGSIAN

 

Mengikuti perayaan ekaristi secara daring sebab harus bersembunyi dari incaran virus SARS-CoV-2
Foto dokumentasi pribadi

Harus ke mana lagi kita lari menghindari wabah ini?
Pada akhirnya, kita memohon seseorang untuk membiarkan kita memakai rumahnya untuk bersembunyi.

Ke barat kita tak lagi punya tempat.
Di timur kita cuma bisa numpang tidur.

Mari bersembunyi lagi
seperti kelinci yang masuk ke liang
tatkala masa paceklik menghadang
Tetap merawat hidup itu lebih dari cukup

 

13 Agustus 2021

Padmo Adi

Comments