pada tanggal
puisi
BULAN KEMERDEKAAN 麦わらの一味 Dua minggu lalu kita dipanggang matari dengan cinta mengenang kebebasan hormat pada Merah-Putih lambang darah-keringat perjuangan moyang simbol cinta-harapan hidup sejahtera di tanah merdeka, milik kita! Pada Minggu itu aku saksikan kawan-kawanku berdandan a la pejuang dan pahlawan memainkan kembali kisah perlawanan Lalu bersama bergembira Delapan puluh tahun kita merdeka! Merdeka? Kamis lalu seorang pemuda tewas dilindas ACAB! Hari ini seorang mahasiswa mati dipersekusi ACAB! Mana Sila Kedua Pancasila?! Kami bersuara bukan karena benci! Kami hanya ingin Sila Kelima Pancasila terwujud nyata di tanah kita! Aku tidak akan pernah lagi sudi mengajar Pancasila dan Kewarganegaraan di negeri ini!!! Biadab-biadab itu adalah monster yang dididik untuk hanya tahu menyiksa, mendera, dan membunuh! Biadab-biadab itu adalah Herder yang dilatih untuk melindungi kepenti...
- Get link
- X
- Other Apps
Reading chapter #3, brought me back to the covid-19 pandemic era. The nuance, the ambience, and the sound of the silence ... Since i know Padmo Adi, the author, the chapter enriches my vault of memories of the pandemic--of course by his perspectives--through the lenses of his concern to new media and it's derivatitives, game and it's psychoanalytic view (mostly Lacanian), and cultural studies as lived experience.
ReplyDeleteHowever, I am glad to say that Padmo's (and other authors') point and views in this book will be one of the recorded collective memory of the pandemic. A work that helps us to know ourselves better than before.
And I am waiting for your next writings ... :-)
Thank you, Mas Noel. I think I will write the left behind traces of our bitter experiences during 2 years pandemic. Maybe not in scientific way, but more in literature and/or art.
Delete